Jurnal Pemikiran Sosial Ekonomi
Bentuk komunikasi verbal yang dipertahankan sebagai penafsir tindakan tampaknya selalu menandai bidang inti kebudayaan yang sangat dilembagakan. Di sisi lain, dinamika komunikasi dalam masyarakat Jawa yang disebut pelesetan mungkin merupakan sebuah penafsir baru kebudayaan. Sebagai sebuah bentuk konsolidasi perlawanan, kata dan bahasa seperti itu tidak “bermain” dihamparan tuturan langsung, tetapi ia adalah “pemain” utama yang baik dalam tuturan simbolik. Namun demikian, tanpa pemahaman yang memadai terhadap substansi “Jawa”, bukan tidak mungkin konstruksi inferensi pelesetan akan kehilangan signifikansinya.
Kata Kunci : anekdot, komunikasi verbal, pelesetan, simbolik, tradisi